Pembekalan Pensiun

Retirement-Key
Pekan ini, saya kembali diundang oleh sebuah perusahaan tambang besar di negeri ini untuk sekedar memberi pembekalan kepada para karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Saya intip dari rundown acara, sangat jelas bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah memberi bekal pengetahuan bisnis praktis yang bisa dilakukan oleh para peserta setelah pensiun nanti. Memang ada beberapa materi tambahan lain yang lebih dekat pada bidang psikologi untuk mencegah post power syndrome, atau juga tips-tips bagaimana menjaga kesehatan di masa pensiun.

Tujuan pelatihan ini, memang tak terbantahkan. Sangat baik. Perusahaan ingin memberikan alternatif penghasilan kepada para karyawannya, yang sudah bertahun-tahun berkontribusi, waktu, pikiran dan tenaga, untuk kemajuan perusahaan. Pelatihan itu adalah bentuk perhatian perusahaan, agar para karyawan yang akan memasuki masa pensiun tidak mengalami masalah keuangan setelah pensiun nanti.

Kita semua sama-sama tahu. Pensiun berarti penurunan penghasilan. Belum pernah saya jumpai dalam hidup saya, seseorang yang penghasilannya justru bertambah di saat ia pensiun. Semuanya mengalami penurunan penghasilan. Ada yang dapat uang pensiun rutin bulanan sampai 30 persen. Ada yang dapat sejumlah dana berdasarkan masa kerjanya, dan setelah itu tak ada uang pensiun bulanan. Bahkan ada yang benar-benar menyedihkan. Sang pensiunan sama sekali tak punya penghasilan setelah memasuki masa pensiun.

Maka, saat pelatihan berlangsung, tampaklah orang-orang tua dengan usia lebih dari lima puluh lima tahun, masuk ruang kelas untuk mengikuti pelajaran. Sebagian sudah tak lagi sehat, karena sudah digerogoti berbagai penyakit seperti diabetes atau darah tinggi. Sebagian masih tampak sehat, walau pun saya tidak yakin, apakah daya tangkap mereka terhadap materi yang diberikan masih sebaik ketika mereka masih muda. Seringkali saya temui wajah penyesalan di antara mereka, kenapa tidak sejak muda mereka memulai usaha.

Seringkali saya berpikir, seharusnya pelatihan pembekalan pensiun diberikan kepada karyawan di saat mereka baru pertama masuk kerja. Ha ha ha. Tentu sangat tidak masuk akal bagi perusahaan. Mereka, para karyawan, toh direkrut untuk berkontribusi kepada perusahaan. Makanya, pelatihan yang diberikan kepada mereka adalah pelatihan yang berguna bagi peningkatan pendapatan perusahaan. Seluruh kemampuan, waktu dan daya pikir para karyawan, dialokasikan untuk kemajuan perusahaan.

Sungguh ironis. Ketika kemampuan, waktu dan daya pikir para karyawan berada pada posisi top form, mereka mencurahkannya pada kemajuan perusahaan. Di sisi lain, menjelang pensiun di mana kemampuan, waktu dan daya pikir sudah jauh menurun, mereka baru berpikir untuk memulai usaha mereka sendiri.

Tentu saja, saya tidak ingin melakukan provokasi agar para karyawan ramai-ramai berhenti bekerja, lalu mulai berwirausaha sendiri. Sama sekali tidak. Hidup adalah pilihan. Anda yang memilih untuk terus bekerja sepanjang usia produktif, silakan. Tapi perlu diingat, anda butuh bekal yang cukup di saat usia Anda tak lagi muda, dan penghasilan menurun karena masuk usia pensiun. Persiapkan kehidupan pensiun Anda sejak dini. Bisa dengan asuransi. Bisa dengan investasi. Dengan perhitungan cermat, keduanya bisa jadi sumber penghasilan tanpa harus bekerja lagi.

Bagi anda yang memilih untuk beralih jadi wirausaha mandiri, jangan menunggu sampai pensiun. Bisnis berbeda dengan bekerja. Kalau Anda bekerja, satu bulan anda pasti dapat gaji. Kalau bisnis, bisa jadi sampai setahun hasilnya tak sesuai harapan. Berharap sukses dalam hitungan bulan, bisa bikin sakit hati, kawan! Risiko berbisnis cukup besar, sebesar keuntungan yang bisa didapatkan. Tak ada orang yang terkena serangan jantung karena rejeki besar. Tapi rugi besar di saat usia tak lagi muda, bisa-bisa mempercepat kepergian Anda ke alam baka.

Zainal Abidin
Rektor Institut Kemandirian Dompet Dhuafa
Direktur Pengawasan dan Kepatuhan TDA
Headmaster SekolahMonyet.com

Share

Add Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *